BERITAINTERMEDIA.COM,WAJO– Sultan Kutai Ing. Martadipura yang ke XXI, Drs. H. Adji Muhammad Arifin, M.Si, bersama Bupati Kutai Kartanegara, dr. Aulia Rahman Basri, M.Kes dengan rombongan ziarah ke makam Pahlawan Nasional La Maddukelleng dan Sultan Aji Muhammad Idris, di Sengkang, Selasa, 15 Juli 2025.
Mendiang Sultan Aji Muhammad Idris, merupakan sosok pejuang dari Kesultanan Kutai Kartanegara dalam upaya menghapus dominasi VOC-Belanda di Nusantara, khususnya Sulawesi Selatan.
Atas perjuangannya mengusir penjajah Belanda di bumi Nusantara, Pemerintah Republik Indonesia menganugerahi Gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 109/TK/TH 2021 tanggal 25 Oktober 2021.
Bupati Kutai Kartanegara, dr. Aulia Rahman Basri, M.Kes, mengatakan, di sela-sela kunjungan kerjanya bersama rombongan kali ini ke Kabupaten Wajo, juga akan menziarahi makam Sultan Aji Muhammad Idris.
“Kita akan datang, sungkem dan tunduk. Kita akan merasakan hawa yang berbeda nanti. Ini merupakan kunjungan spiritual dan historycal,” ujar Bupati Kutai Kartanegara, dr. Aulia Rahman Basri, M.Kes, saat menyampaikan sambutan di Hotel Sallo Mall, yang ditutup dengan penyerahan dan pertukaran cenderamata antara dua belah pihak sebagai simbol persahabatan dan komitmen bersama untuk membangun daerah berbasis nilai kekeluargaan dan sejarah. Acara ini dihadiri unsur Forkopimda, kepala OPD, pimpinan perguruan tinggi, perbankan, hingga tokoh agama dari kedua kabupaten.
Terkait makam Sultan Aji Muhammad Idris, Prof. Dr. A. Ima Kesuma, M.A.
mengharapkan agar pemerintah melakukan upaya revitalisasi makam tersebut.
“Keduanya Pahlawan Nasional, bapak dan menantu. Memiliki jiwa patriotisme yang tinggi, bahkan rela mengorbankan tahta dan keluarganya demi mengusir penjajah demi negara kesatuan Republik Indonesia,” ungkap Prof. Dr. A. Ima Kesuma, MA, seraya berharap agar kisah perjuangan mereka menjadi rule model buku ajaran di sekolah.
Prof. A. Ima Kesuma juga mengingatkan, letak makam yang telah dipercaya selama ratusan tahun, sehingga perlu dipatentkan sehingga tidak adalagi mengatakan makamnya di Kutai atau di kawasan lain. Makam yang ada sekarang sudah menjadi situs, tidak bisa diganggu lagi sebagai suatu kesatuan.
Sementara itu, Bupati Wajo, H. Andi Rosman, dalam sambutannya mengatakan hubungan kekerabatan antara Kutai Kartanegara dengan Wajo memang tidak bisa dipisahkan. Berlangsung lebih ratusan tahun lamanya.
“Persahabatan daerah yang sudah berlangsung ratusan tahun lalu, seharusnya mengantarkan kerjasama yang lebih dekat. Kami memiliki sektor pertanian yang memadai, produksi 800 ton pertahunnya, mudah-mudahan sektor pertanian menjadi perekat,” tandasnya.
Budayawan Wajo, Drs. Sudirman Sabang MH yang juga Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Wajo, mengatakan, pertalian kekerabatan antara Kutai Kartanegara dengan Wajo, dapat dilihat dari Lontaran Attoriolongnge ri Peneki. Disebutkan bahwa Sultan Kutai (Sultan Aji Muhammad Idris) dengan La Maddukelleng Arung Peneki telah diadakan perjanjian yang bunyinya sebagai berikut :
Kalau Arung Kute (Sultan Kutai) tiba di Peneki, maka Arung Peneki harus menyerahkan istananya kepada Arung Kute. Demikian pula halnya jikalau Arung Peneki mengunjungi Kutai, maka Sultan Kutai harus meninggalkan istananya untuk ditempati Arung Peneki.
“Perjanjian tersebut diperkirakan terjadi sekitar 1739 ketika Sultan Aji Muhammad Idris, Sultan Kutai Kartanegara Ing. Martadipura ke-XIV datang ke Wajo untuk membantu mertuanya yang sedang berperang melawan Belanda,” pungkas Drs. Sudirman Sabang.(Tim)