BERITAINTERMEDIA. COM, WAJO-Hari Pendidikan Nasional bukan sekadar perayaan seremonial, melainkan momentum untuk melihat ke dalam, mengevaluasi realitas pendidikan, dan bertanya: Sudah sejauh mana kita meletakkan pendidikan sebagai pondasi peradaban di Kabupaten Wajo?
Di tengah semangat “bergerak bersama, lanjutkan merdeka belajar”, masih banyak tantangan yang tak bisa disembunyikan di balik spanduk dan pidato seremonial. Fasilitas pendidikan di pelosok Wajo masih timpang, sebagian sekolah masih berjuang dengan keterbatasan ruang belajar, kekurangan guru, dan akses teknologi yang minim. Di saat dunia bergerak ke arah digitalisasi, sebagian anak di Wajo masih belajar dengan papan tulis reyot dan buku-buku usang.
Kesenjangan kualitas guru dan tenaga kependidikan juga menjadi catatan penting. Banyak guru honorer yang berjasa luar biasa namun tidak mendapatkan penghargaan yang layak. Pemerintah daerah seharusnya lebih serius memperjuangkan hak-hak guru honorer, sebab merekalah ujung tombak lahirnya generasi yang cerdas dan bermartabat.
Tak kalah penting adalah pembentukan karakter peserta didik.
Pendidikan bukan hanya soal angka, nilai ujian, atau akreditasi. Di Wajo, kita harus memperkuat pendidikan berbasis nilai, budaya, dan kearifan lokal, agar generasi muda tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga berakar pada identitas dan budi pekerti.
Hari Pendidikan Nasional di Kabupaten Wajo harus menjadi momentum koreksi bersama. Pemerintah, pendidik, orang tua, hingga masyarakat sipil harus duduk satu meja, merumuskan arah pendidikan yang bukan hanya mengejar standar nasional, tetapi juga menyentuh kebutuhan riil masyarakat Wajo.
Karena pendidikan yang baik bukan hanya yang terlihat hebat di atas kertas, tetapi yang mampu mengangkat martabat manusia dan membebaskan setiap anak dari kebodohan, ketertinggalan, dan ketidakadilan.
Kami berharap pemerintah memberikan fokus yang lebih besar untuk pendidikan di kab wajo demi generasi penerus bangsa serta kemajuan Kab. wajo itu sendiri
Mari bergerak bersama, bukan hanya untuk belajar, tetapi untuk memerdekakan pendidikan itu sendiri.