BERITAINTERMEDIA.COM,Luar Negeri -Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, pada Sabtu (1/2) mengumumkan akan memberlakukan tarif impor sebesar 25% untuk Kanada dan Meksiko, serta tambahan tarif impor sebesar 10% untuk China per Selasa (4/2).
- Sebagai respons, Meksiko dan Kanada – yang merupakan 2 mitra dagang terbesar AS – segera mengumumkan tarif balasan. Kanada telah membalas dengan tarif 25% pada impor AS senilai US$155 miliar.
- Sementara itu, China berencana menantang kebijakan ini di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan mengambil “tindakan balasan” lainnya.
- Pada Selasa (4/2), Presiden Trump dan pemimpin Meksiko dan Kanada capai kesepakatan untuk menunda penerapan tarif paling tidak selama 30 hari.
Ketegangan Perang Dagang Antara AS, Meksiko, Kanada, dan China
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, pada Sabtu (1/2) mengumumkan akan memberlakukan tarif impor sebesar 25% untuk Kanada dan Meksiko, serta tambahan tarif impor sebesar 10% untuk China per Selasa (4/2).
Sebagai respons, Meksiko dan Kanada – yang merupakan 2 mitra dagang terbesar AS – segera mengumumkan tarif balasan. Kanada telah membalas dengan tarif 25% pada impor AS senilai US$155 miliar.
Sementara itu, China berencana menantang kebijakan ini di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan mengambil “tindakan balasan” lainnya.
Pada Selasa (4/2), Presiden Trump dan pemimpin Meksiko dan Kanada capai kesepakatan untuk menunda penerapan tarif paling tidak selama 30 hari.
Ekonomi AS: Data Ketenagakerjaan Kuat, Namun Melandainya Inflasi Meningkatkan Harapan Rate Cut
Biro statistik AS pada Rabu (15/1) waktu setempat mengumumkan bahwa inflasi inti di AS melandai ke level 3,2% YoY pada Desember 2024 (vs. Nov 2024: 3,3% YoY), di bawah ekspektasi konsensus di level 3,3% YoY.
Hal ini kembali membuka harapan para pelaku pasar terhadap prospek pemangkasan suku bunga AS yang lebih banyak.
Berdasarkan analisis dari CME FedWatch Tool per Senin (20/1), probabilitas The Fed untuk memangkas suku bunga AS lebih dari 25 bps pada 2025 naik menjadi 47%, dari sebelumnya di level 34,8% pada 14 Januari 2025.
Perkembangan ini berubah beberapa hari setelah ekspektasi market terhadap pemangkasan suku bunga sempat semakin berkurang setelah kuatnya data ketenagakerjaan, dengan non–farm payroll employment bertambah sebanyak 256.000 pada Desember 2024 (vs. November 2024: 212.000), jauh melampaui ekspektasi konsensus di level 160.000.
Sementara itu, tingkat pengangguran di AS turun ke level 4,1% pada Desember 2024 (vs. November 2024: 4,2%), lebih baik dibandingkan ekspektasi konsensus di level 4,2%.
Ekonomi RI: Inflasi RI Terendah Sepanjang Sejarah
BPS mencatat bahwa inflasi indeks harga konsumen (IHK) di Indonesia melandai ke level 0,76% YoY pada Januari 2025 (vs. Desember 2024: inflasi 1,57% YoY), di bawah ekspektasi konsensus yang memperkirakan inflasi di level 1,88%, serta menandakan inflasi terendah sejak tahun 2000.
Secara bulanan, Indonesia mencatatkan deflasi 0,76% MoM (vs. Desember 2024: inflasi 0,44% MoM), di luar ekspektasi konsensus yang memperkirakan inflasi 0,32% MoM.
Deflasi bulanan pada Januari 2025 ditekan oleh komoditas tarif listrik yang memberikan andil deflasi 1,47 percentage point seiring pemberian diskon tarif listrik bagi pelanggan hingga 2.200 VA.
Adapun inflasi inti pada Januari 2025 mencapai 2,36% YoY (vs. Desember 2024: inflasi 2,26% YoY), lebih tinggi dari ekspektasi konsensus di level 2,3% YoY.