BERITAINTERMEDIA. COM,WAJO-Pagi ini, Jum’at 30 Mei 2025. genap seratus hari pasangan H. Andi Rosman dan H. Baso Rakhmanuddin memimpin Bumi Lamadukkelleng, setelah resmi dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto, Jakarta 20 Februari 2025 lalu.
Seratus hari memang bukan lembar waktu yang panjang dalam buku besar pemerintahan. Namun, bagi dua pemimpin baru Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan, waktu itu cukup untuk mulai menulis bab pertama dari perubahan.
Tiga bulan lalu yang dijalani bukan sekadar masa adaptasi, tetapi menjadi pondasi awal, tempat cita-cita ditanam, dan harapan rakyat mulai dirajut dengan penuh kesungguhan.
Dengan mengusung visi agung “MARADEKA”, Rosman–Baso tidak sekadar menjalankan roda pemerintahan. Mereka hadir membawa napas baru, menyuntikkan semangat kemandirian dan keadilan dalam setiap denyut kebijakan.
MARADEKA Maju, Religius, Bermartabat, Terdepan, dan Berkeadilan bukan hanya rangkaian kata penuh gema, melainkan ruh yang hidup dalam setiap langkah.
“Visi ini bukan sekadar cita, tapi janji kami kepada rakyat Wajo bahwa daerah ini akan ditata dengan keberanian, kejujuran, dan keadilan,” ujar Bupati H. Andi Rosman dalam forum perdana pemerintahannya.
Bersama sang Wakil, H. Baso Rakhmanuddin, mereka menggulirkan empat misi utama: membangun kemandirian ekonomi yang inklusif, mereformasi birokrasi yang lebih profesional, mencetak sumber daya manusia yang cerdas dan berkarakter, serta menjaga keberlanjutan alam demi generasi mendatang.
Namun seperti halnya permulaan sebuah perjalanan, rintangan tak luput menghadang.
Salah satunya adalah keterbatasan anggaran yang menjadi tantangan awal. Tetapi dari celah sempit fiskal itu, lahir ketekunan dan kreativitas. Pemerintah memperketat belanja, memangkas program non-prioritas, dan menguatkan pengawasan internal.
Disiplin ASN (Aparatur Sipil Negara) diperketat, pelayanan publik disederhanakan, meski roda mutasi belum bergulir, penataan birokrasi mulai menunjukkan arah.
Langkah awal ditandai dengan penunjukan pelaksana tugas untuk mengisi kekosongan pada jabatan tinggi pratama, sebagai upaya menjaga kesinambungan roda pemerintahan.
Kota Sengkang, sebagai pusat denyut kabupaten, juga mulai disentuh.
Banjir yang kerap menggenangi kini mulai ditanggulangi lewat penataan ulang drainase dan pengelolaan tata ruang yang lebih bijaksana.
Perubahan kecil mulai dirasakan sebuah isyarat bahwa kerja nyata tak hanya janji, tapi kenyataan yang bisa disentuh.
Tak berhenti di situ, Pemerintah Daerah juga menyusun peta jalan pembangunan lima tahun ke depan.
Disusun tak hanya dari meja rapat, tapi juga dari ruang-ruang dialog bersama tokoh masyarakat, pemuda, dan masyarakat akar rumput. Karena bagi Rosman–Baso, membangun Wajo adalah kerja kolektif, bukan proyek elite.
Laporan 100 hari ini pun menjadi refleksi awal, bahwa pemerintahan ini hadir bukan sekadar menggugurkan program, tetapi menumbuhkan harapan.
Di balik angka dan data, ada upaya, ada ketulusan, dan ada cita yang dibangun dengan keyakinan.
Hari ini (red Jum’at), langkah awal telah tertoreh. Fondasi telah diletakkan. Dan Kabupaten Wajo, dengan semangat baru yang mengalir dari pemimpinnya, bersiap menjemput masa depan yang lebih adil, maju, dan bermartabat. SALAMA’KI TO PADA SALAMA “BAMPAI SALENG”(Humas Pemda)